Senin, 22 Februari 2016

Review Pink Berry Club : Sebel Tapi Suka

Review Pink Berry Club : Sebel Tapi Suka




Judul Buku        : Sebel Tapi Suka
Penulis               : Ritz Maroon
Penerbit             : Pink Bery Club (Dar!Mizan)
No. ISBN          : 978-602-242-055-2
Cetakan I           : Juni 2013

Horaaa! #teriakpaketoa
I am back. Ini setelah belum lama ini Saya membaca karya anak bangsa kita, Ritz Maroon. Dengan judul Sebel Tapi Suka. Eh. Saya sebenarnya gak bakal tertarik beli novel ini kalau bukan karena sinopsisnya, dan ilustrasi kovernya.
Dari judul, entah kenapa aku jadi enggak tertarik sama sekali. Emang enggak masalah sih, tapi yah, kadang kita harus membuat sebuah judul sebenarik mungkin.

Judulnya menggambarkan isi novel sih. Bagus juga. Tapi entah kenapa, kalau saja ilustrasinya enggak sebagus itu, saya bener-bener gak bakal nyentuhin tangan saya dan ngambil buku itu dari rak.

(Cieleh, lu ngomong kaya udah profesional aja – iya sih)

Saya yang sebenarnya belum menghasilkan buku apa-apa, seharusnya enggak pantes bilang gitu. Tapi ini review Sob! REVIEW. Jangan salahkan saya kalau seandainya ada berapa sindiran di sini.
Oke, back to the topic.

Ceritanya agak sedikit klise sih, di awal bisa tertebak ini bakal bagai mana. Yah kayak, si cewek yang ketemu cowok jutek yang kemudian mereka tengkaran mulu terus akhirnya salah satu dari mereka luluh dan akhirnya mereka mulai dekat.

Saya merasa baik-baik saja sih, karena cerita disampaikan dengan baik. Dan saya enjoy aja sama ceritanya.

Endingnya sih, bahagia. Bisa ditebak. Enggak mengejutkan kalau seandainya Ali bakal jadi saudara tirinya Rina (Spoiler). Jangan maksain buat ngeliat spoiler kalau emang belum baca.

Untuk bahasa, wah, keren Sob. Siapa pun kamu Nak, kalau kamu bisa mengembangkan gaya bahasamu lebih jauh lagi, mungkin kamu bisa jadi pro. Saya kasih rate 2 untuk bahasanya, dan 0,5 buat plotnya. Desain kovernya yang unyu! Hua, saya teriak kegemesan waktu ngeliatin buku ini di toko buku, sumpah kovernya gak nahan buat nyuruh saya beli buku ini.



Saya kasih 1 lagi deh. Jadi semuanya, 3,5. Ini belum semuanya. Enggak ada romance di novel PBC atau Fantasteen, sebagai gantinya, persahabatan Ali sama Rina di sini manis banget! Sumpah. Saya merasa ada banyak gula di sana yang overdosis.

Cerita yang sebenarnya Islam banget bikin Saya baca berulang-ulang. Eh, udah hatam lima kali ternyata. Saya suka Ali yang jadi anak tabah banget bahkan pas Ibunya sakit dan dirawat di rumah sakit (Spoiler).

Oke lanjut. Humor di sini gak garing. Maksud saya, kadang novelis membuat sebuah humor yang sedikit alay dan gak lucu.

Nih contohnya:
“Zambrud itu bukannya yang ada di kepala ya?”
“Bukan itu mah Rambut!” teriak laki-laki keras.
“Oh, iya-iya.”

What The .... !!!
Don’t make me laught because of that. Not funny. I say, not funny.
Serius.


It's not funny, you have to know it. It's not funny.
Tapi beda di Sebel Tapi Suka. Di sini beneran lucu. Dan kamu bakal ngakak di beberapa scenenya. Saya juga gitu. Saya gak bakal kasih bocoran scenenya, silahkan baca sendiri. Pokoknya remaja sekali. Dan jadilah, hasilnya 4,5.

Saya gak terlalu bisa mengkritik. Tapi kalau disuruh mencari kesalahan, saya menyalahkan ending yang entah kenapa berasa datar-datar sekali. Yah, enggak semua ending harus mengejutkan sih. Pada dasarnya saya juga gak bisa bikin ending yang wow.

Tapi kalau kamu penasaran gimana cara bikin ending yang wow itu, kamu harus bisa berpikir beda sejak kamu membangun ceritamu. Dan ada beberapa penulis yang gak nulis plot, jadi endingnya terkesan tergesa-gesa dan pengen cepet selesai banget.

Pikirkan hal-hal kecil di bab-bab sebelum ending yang ternyata adalah hal utama ending itu terjadi. Jadi pembaca akan memasang wajah, ‘Wah, ternyata gara-gara dia, gak nyangka!’. Bukan wajah, ‘oh, udah habis, ya?’.

Saya ingatkan kembali, saya bukan pro. Saya juga gak bisa bikin ending yang wow. Saya membosankan dalam hal plot. Twist dalam novel saya gampang ditebak. Jadi yah, ini hanya saran.


See ya!

1 komentar: